Selasa, Mei 17, 2011

Minum Obat Jangan Sambil Makan yang Ini lho

Makanan memang menjadi sumber energi yang penting bagi tubuh. Tapi beberapa makanan diketahui bisa menimbulkan interaksi dengan obat tertentu. Ketahui makanan apa saja yang tidak boleh digabung dengan obat.

"Kuncinya adalah tidak mengubah secara drastis pola makan saat minum obat tertentu, tapi tanyakan pada dokter mengenai potensi interaksi yang mungkin terjadi," ujar Dr jane Alder, dosen farmakologi dari University of Central Lancashire, seperti dikutip dari Dailymail.

Dr Alder akan menjelaskan beberapa makanan yang sebaiknya tidak dikombinasikan dengan obat tertentu karena bisa membuat obat jadi tidak berguna atau justru berbahaya yaitu:

Jus buah
Grapefruit mengandung senyawa yang disebut dengan furanokumarin yang bisa mencegah enzim dalam usus untuk menjaga benda asing tetap berada di luar, sehingga tidak bekerja secara optimal. Kondisi ini akan membuat lebih banyak obat yang diserap sehingga efektivitasnya bisa 2-3 kali lipat dari dosis yang dianjurkan.

Sebaiknya tidak mencampur jus grapefruit dengan obat untuk mengobati irama jantung abnormal, antidepresan, antihistamin (obat alergi), statin dan obat anti kejang. Sedangkan jus cranberry dan jus delima bisa memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah obat dan pada obat antidepresan bisa menyebabkan penurunan efektifitas obat.

Makanan produk susu
Kalsium dalam susu bisa mengikat tetrasiklik dan minosiklik dari antibiotik. Jika kandungan antibiotik ini digabung dengan mineral akan membuatnya tidak larut dalam usus sehingga tidak diserap oleh tubuh. Mengonsumsi susu setengah liter bisa mengurangi efektivitas antibiotik hingga 80 persen. Kalsium juga bisa mengganggu penyerapan obat osteoporosis. Hindari minum susu dalam waktu 2 jam sebelum minum obat.

Makanan fermentasi
Makanan hasil fermentasi seperti keju yang mengandung tyramine dalam konsentrasi tinggi bisa menyebabkan 'sindrom keju'. Tyramine akan bereaksi dengan obat antidepresan yang disebut monoamine oxidase inhibitor (MAOIs) dengan mencegah enzim yang berfungsi mencerna senyawa. Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan darah tinggi yang berbahaya.

Daging panggang
Penderita asma harus menghindari daging panggang karena kandungan karbonnya bisa membentuk senyawa yang mencegah obat asma dengan teofilinn bekerja secara optimal. Selain itu karbon ini juga bisa memicu serangan asma meskipun sudah mengonsumsi obat.

Sayuran hijau
sebagian besar sayuran hijau termasuk bayam, kol dan teh hijau mengandung kadar vitamin K yang tinggi dan bisa memicu pembekuan darah. Jika dikonsumsi dengan obat pengencer darah akan membuatnya menjadi tidak berguna.

Makanan berserat
Makanan yang tinggi serat bisa memperlambat penyebaran banyak obat termasuk digoxin yang digunakan untuk mengatur detak jantung tidak teratur, obat diabetes metformin dan mencegah penyerapan obat penurun kolesterol statin. Tapi bukan berarti makanan berserat harus dihilangkan dari menu makanan, tapi hindari mengonsumsinya dalam waktu 2 jam sebelum minum obat.

Hati-Hati Radiasi pada Rokok

Selama ini masyarakat hanya tahu bahwa radiasi bisa dipancarkan dari telepon seluler atau pusat nuklir. Tapi bagi orang yang merokok sebaiknya juga waspada, karena rokok bisa mengeluarkan radiasi.

Meskipun hingga kini belum diketahui pasti dari senyawa apa sumber paparan radiasinya, tapi perokok akan menghirup bahan radioaktif tersebut secara terus menerus yang pada nantinya akan memberikan kontribusi dosis radiasi yang besar untuk merusak paru-parunya.

Secara alami mineral radioaktif terakumulasi pada permukaan lengket dari daun tembakau saat tanaman tersebut tumbuh, dan mineral ini umumnya akan tetap berada dalam daun tersebut selama proses manufaktur.

Selain itu penggunaan pupuk yang mengandung timbal dan polonium untuk tanaman tembakau akan meningkatkan jumlah radiasi yang mungkin ada pada rokok tembakau, seperti dikutip dari epa.gov.

Asap rokok juga mengandung radiasi dari unsur polonium yang ternyata tingkat kerusakan akibat rokok ini 7 kali lipat lebih besar dari sinar X dan 20 kali lipat dari terapi radiasi kanker. Terutama jika orang tersebut sudah merokok dalam jangka waktu panjang.

Radium yang terakumulasi dalam tembakau bisa memancarkan radiasi alfa dan gamma yang bisa menumpuk di paru-paru perokok selama puluhan tahun. Seiring waktu partikel ini bisa merusak paru-paru dan menyebabkan kanker. Hal ini juga berlaku pada perokok pasif yang menghirup asap rokok.

Radiasi yang dipaparkan dari rokok ini umumnya tidak memberikan dampak dalam jangka waktu dekat, tapi akan mulai muncul gejala akibat adanya kerusakan di dalam tubuh setelah beberapa tahun kemudian.

Selain rokok, beberapa hal lainnya juga bisa memancarkan radiasi seperti scanner di bandara, sinar X-ray untuk memindai tubuh, mammogram atau CT scan, tapi umumnya radiasi yang dipancarkan kecil dan tidak terpapar secara terus menerus.

Hal ini berbeda dengan radiasi yang berasal dari rokok dan terpapar secara kontinu serta umumnya sulit untuk dihentikan. Kondisi inilah yang juga harus diperhatikan oleh para perokok.